Bagaimana perkembangan alam pikiran manusia berkembang?
Bagaimana manusia selalu berusaha memuaskan keingin tahuannya?
1. Alam pikiran
manusia berkembang ketika manusia memiliki rasa ingin tahu. Dari rasa ingin tahu inilah manusia dapat memikirkan apa yang
menjadi pertanyaan dalam dirinya. Pada zaman purba, manusia sudah manghadapi
berbagai teka teki tentang alam semesta yaitu tentang fenomena terbit dan
terbenamnya matahari, gunung meletus, tsunami, dll. Terdorong rasa ingin tahu
yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa yang terjadi, apa
penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini
menghasilkan jawaban atas banyaknya persoalan, tapi kemudian timbul
persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang.
Perkembangan alam pikiran manusia
dimulai sejak manusia bayi, balita, remaja, dewasa kemudian menjadi tua. Alam
pikiran seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan yang hampir
serupa dari zaman ke zaman. Ketika bayi tumbuh menjadi anak kecil yang mulai
bisa mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan didalam pikirannya.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan
sendiri atau bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang lain yang mengasuhnya.
Alam pikiran anak berkembang dengan pesat dari waktu ke waktu.
2. Manusia
selalu ingin berusaha memuaskan keingin tahuannya dengan banyak cara. Hal dipengaruhi
oleh tiga jenis sistem kepribadian atau kondisi jiwa yang dalam diri manusia.
Tiga jenis sistem kepribadian terdiri dari ID, ego, dan superego. ID, ego, dan
superego ini saling berkaitan dan berinteraksi mempengaruhi pikiran manusia
sehingga membentik sikap dan prilaku manusia untuk memuaskan keingin tahuannya.
ID merupakan sistem kepribadian yang
asli dan paling dasar yang ada dalam diri manusia. Di dalam ID terdapat naluri
bawaan kepribadian manusia. Id mendorong manusia untuk melakukan apapun yang
dapat memuaskan kesenangan dirinya, terutama kesenangan yang bersifat seksual.
Kondisi ID tidak mempedulikan etika, aturan, maupun akhlak. Manusia ingin bebas
dan berbuat semaunya. Kondisi ID biasanya mendominasi pada saat pikiran manusia
belum berkembang. Hal ini bisa dilihat pada kondisi masyarakat primitif dan
pada saat manusia masih anak-anak. Setelah pikiran manusia berkembang, yaitu
setelah pikirannya banyak menyimpan data-data dari pengalaman hidupnya. Maka
pada saat itu manusia mulai berpikir tentang baik dan buruknya suatu perbuatan.
Di sinilah sistem kepribadian yang bernama ego mulai memainkan perannya. Ego
inilah yang mengendalikan ID. Dalam proses perjalanan hidupnya manusia akan
mengalami suatu pengalaman kalau apa yang dilakukannya kadang berakibat buruk.
Akibat-akibat buruk maupun akibat baik itu tersimpan menjadi data di alam
pikiran yang akhirnya menghidupkan sistem ego dalam diri manusia. Meskipun ego
telah berfungsi untuk mengendalikan ID, tapi terkadang ego tersebut masih
bertentangan dengan etika dan aturan yang ada di dalam kehidupan. Etika ataupun
aturan-aturan itu diciptakan oleh manusia lainnya untuk mengendalikan tingkah
laku manusia. Kemudian, pikiran manusia pun kembali mendapatkan data dari
aturan-aturan yang telah dianut orang lain. Yang akhirnya membentuk kepribadian
manusia. Maka untuk memuaskan rasa keingin tahuannya manusia selalu mencari
kebenaran tentang sesuatu hal dengan cara berfikir,bertanya dan meneliti
sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar