Jumat, 22 Maret 2013

PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA

Bagaimana perkembangan alam pikiran manusia berkembang? 

Bagaimana manusia selalu berusaha memuaskan keingin tahuannya?


1.         Alam pikiran manusia berkembang ketika manusia memiliki rasa ingin tahu. Dari rasa ingin  tahu inilah manusia dapat memikirkan apa yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Pada zaman purba, manusia sudah manghadapi berbagai teka teki tentang alam semesta yaitu tentang fenomena terbit dan terbenamnya matahari, gunung meletus, tsunami, dll. Terdorong rasa ingin tahu yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa yang terjadi, apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyaknya persoalan, tapi kemudian timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang.
Perkembangan alam pikiran manusia dimulai sejak manusia bayi, balita, remaja, dewasa kemudian menjadi tua. Alam pikiran seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan yang hampir serupa dari zaman ke zaman. Ketika bayi tumbuh menjadi anak kecil yang mulai bisa mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan didalam pikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang lain yang mengasuhnya. Alam pikiran anak berkembang dengan pesat dari waktu ke waktu.  

2.         Manusia selalu ingin berusaha memuaskan keingin tahuannya dengan banyak cara. Hal dipengaruhi oleh tiga jenis sistem kepribadian atau kondisi jiwa yang dalam diri manusia. Tiga jenis sistem kepribadian terdiri dari ID, ego, dan superego. ID, ego, dan superego ini saling berkaitan dan berinteraksi mempengaruhi pikiran manusia sehingga membentik sikap dan prilaku manusia untuk memuaskan keingin tahuannya.
ID merupakan sistem kepribadian yang asli dan paling dasar yang ada dalam diri manusia. Di dalam ID terdapat naluri bawaan kepribadian manusia. Id mendorong manusia untuk melakukan apapun yang dapat memuaskan kesenangan dirinya, terutama kesenangan yang bersifat seksual. Kondisi ID tidak mempedulikan etika, aturan, maupun akhlak. Manusia ingin bebas dan berbuat semaunya. Kondisi ID biasanya mendominasi pada saat pikiran manusia belum berkembang. Hal ini bisa dilihat pada kondisi masyarakat primitif dan pada saat manusia masih anak-anak. Setelah pikiran manusia berkembang, yaitu setelah pikirannya banyak menyimpan data-data dari pengalaman hidupnya. Maka pada saat itu manusia mulai berpikir tentang baik dan buruknya suatu perbuatan. Di sinilah sistem kepribadian yang bernama ego mulai memainkan perannya. Ego inilah yang mengendalikan ID. Dalam proses perjalanan hidupnya manusia akan mengalami suatu pengalaman kalau apa yang dilakukannya kadang berakibat buruk. Akibat-akibat buruk maupun akibat baik itu tersimpan menjadi data di alam pikiran yang akhirnya menghidupkan sistem ego dalam diri manusia. Meskipun ego telah berfungsi untuk mengendalikan ID, tapi terkadang ego tersebut masih bertentangan dengan etika dan aturan yang ada di dalam kehidupan. Etika ataupun aturan-aturan itu diciptakan oleh manusia lainnya untuk mengendalikan tingkah laku manusia. Kemudian, pikiran manusia pun kembali mendapatkan data dari aturan-aturan yang telah dianut orang lain. Yang akhirnya membentuk kepribadian manusia. Maka untuk memuaskan rasa keingin tahuannya manusia selalu mencari kebenaran tentang sesuatu hal dengan cara berfikir,bertanya dan meneliti sesuatu.

ellysa@staff.gunadarma.ac.id